Sunday, May 24, 2009

Hati-hati Suhu Bumi Bakal Naik 5,2 Derajat Celsius


Jumat, 22 Mei 2009
WASHINGTON, — Dampak pemanasan global abad ini bisa jadi dua kali lebih parah dari perkiraan enam tahun lalu, demikian laporan beberapa ahli pekan ini."Temperatur rata-rata permukaan naik 9,3 derajat fahrenheit (5,2 derajat celsius) sampai 2100," kata beberapa ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT), dibandingkan dengan studi pada 2003 yang memproyeksikan temperatur rata-rata naik 4,3 derajat F (2,4 derajat C). Studi baru yang disiarkan di Journal of Climate American Meteorogical Society’s menyatakan, perbedaan dalam proyeksi itu ditimbulkan contoh ekonomi yang meningkat dan data ekonomi yang lebih baru dibandingkan dengan skenario sebelumnya. "Peringatan sebelumnya mengenai perubahan iklim juga mungkin telah diselimuti dampak pendinginan global berbagai gunung berapi abad XX dan oleh buangan jelaga, yang dapat menambah pemanasan," kata para ilmuwan tersebut dalam satu pernyataan. Agar mencapai keputusan, tim MIT menggunakan simulasi komputer yang memperhitungkan kegiatan ekonomi dunia serta proses iklim."Semua proyek tersebut menunjukkan bahwa tanpa tindakan cepat dan besar-besaran, peringatan dramatis itu akan terjadi pada abad ini," kata pernyataan tersebut. Hasil itu akan terlihat jauh lebih parah apabila tidak ada tindakan nyata, yang dilakukan guna memerangi perubahan iklim, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya. Namun, akan terjadi sedikit perubahan apabila kebijakan ketat diberlakukan saat ini juga untuk mengurangi buangan gas rumah kaca. "Ada risiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang kami perkiraan sebelumnya. Dan hal ini menunjukkan bahwa kita harus segera melakukan tindakan darurat secepatnya," ujar Ronald Prinn, salah satu penulis bersama tersebut. Studi ini disiarkan saat Presiden AS Barack Obama mengumumkan rencana menetapkan standar buangan nasional bagi mobil dan truk, guna mengurangi polusi pemanasan global. Serta pembuatan rancangan yang menetapkan sistem perdagangan gas untuk memangkas gas rumah kaca, yang dibahas di Komite Perdagangan dan Energi Senat.


dikutip dari KOMPAS.com

Saturday, May 09, 2009

The Planetary Air Leak

Mei 2009; majalah ‘Scientific American Magazine’; oleh David C. Catling dan Kevin J. Zahnle

Salah satu fitur yang paling luar biasa dari tata surya adalah berbagai atmosfer planet. Bumi dan Venus memiliki ukuran dan massa yang sebanding, namun permukaan Venus terbakar pada 460 derajat Celsius di bawah laut dari karbon dioksida yang seukuran dengan berat satu kilometer air. Callisto Titan dan planet-ukuran bulan dari Jupiter dan Saturnus, ukuran masing-masing hampir sama, namun Titan memiliki banyak nitrogen yang kental daripada bumi, sedangkan pada dasarnya callisto adalah hampa udara. Apa yang menyebabkan seperti itu ekstrem? Jika kita tahu, akan membantu menjelaskan mengapa kerumunan Bumi dengan kehidupan sementara planet tetangga seakan menjadi mati. Mengetahui bagaimana atmospheres berkembang juga penting untuk menentukan planets yang luar tata surya kita mungkin dihuni.
Sebuah planet dapat memperoleh gas jubah dengan berbagai cara:
· Dapat melepaskan Vapors dari interior
· Ia dapat menangkap volatile dari bahan Comets dan asteroids ketika mereka mogok
· Berat dapat di tarik gas dari antar ruang.
Tetapi peneliti planet mulai menyadari bahwa keluar dari gas memainkan peran yang besar sebagai persediaan. Meskipun suasana Bumi tampaknya tetap seperti batu, namun secara bertahap kebocoran kembali ke dalam ruang. Hilangnya nilai saat ini kecil, hanya sekitar tiga kilogram dari hidrogen dan 50 gram helium (dua lightest gas) per detik, tetapi juga dapat menghasilkan suatu yang signifikan atas geologic kalinya, dan mungkin sekali tingkat lebih tinggi. Seperti Benjamin Franklin menulis, sebuah kebocoran kecil bisa menenggelamkan kapal yang besar. Atmosfer palnet dari bumi dan planet luar, satelit yang kita lihat sekarang adalah seperti reruntuhan istana abad remnants dari kekayaan yang telah terganggu sejarah dari jarahan dan busuk. Atmosfer yang lebih kecil dari tubuh dan lebih sederhana terlihat seperti minyak mentah forts, pertahanan buruk dan sangat rentan.

hal ini menjadi vital bagi dunia karena seperti telah dijelaskan behwa suatu kebocoran yang kecil saja dapat menenggelamkan sebuah kapal yang besar. apa lagi jika kebocoran itu lebih besar dari yang dibayangkan. dapat saja bumi ini menjadi hancur dan tak dapat dihuni kembali.




Friday, May 08, 2009

wawancara dengan kepala sekolah SMAK 1 BPK Penabur Bangdung


Jumat 1 Mei 2009
12:30 - 12:50Italic


Picture: sedang wawancara dengan Ibu Boni



1. Menurut Ibu, bagaimana keadaan lingkungan sekolah kita sekarang dengan adanya isu tentang Global Warming?
Di lingkungan SMAK 1 ini tidak ada lagi tempat kosong untuk menanam tanaman.


2. Jadi apa yang sebaiknya dilakukan ?
ada beberapa cara :
  • hemat dalam pemakaian kertas dan plastik
  • hemat dalam pemakaian listrik (kurangi pemakaian lampu, dan mematikan AC jika tidak sedang digunakan)
  • Penanaman pohon tetap dapat dilakukan, hanya dalam pot-pot kecil saja

3. Apa yang akan sekolah lakukan untuk mencegah global warming?

sekolah telah merencanakan program penanaman 1000 pohon oleh 1000 orang yaitu seluruh siswa dan guru. selain itu, dengan adanya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), yang memupuk rasa kasih sayang terhadap makhluk hidup. Salh satu program PLH adalah menyangkut masalah kebersihan. Untuk itu mulai tahun depan juga akan diberlakukan kepada siswa/i suatu peraturan yaitu : tidak boleh membawa makanan keluar dari area food court. sehingga kebersihan sekolah akan lebih terjaga dengan baik. Ada juga program pemisahan sampah organik dan anorganik, namun tidak berjalan baik karena kurangnya rasa kesadaran dari pihak siswa sendiri. Mudah-mudahan thun mendatang tim PLH dapat lebih menggalangkan dan memonitor pelaksanaannya.

4. Saya dengar, ada program penanaman 1000 pohon, bagaimana dengan program tersebut, apakah berjalan baik?

program ini sudah berjalan namun ketercapaianya belum maksimal. Hal ini disebabkan pembangunan fisik sekolah yang masih dalam peroses sehingga program ini diharapkan akan berjalan secara meksimal di tahun 2009/2010 melalui program lomba antar kelas yang dikoordinir tim PLH.

5. Bagaimana solusi sekolah dengan masalah kertas-kertas ulangan / dokumen lainnya?

Saat ini sekolah menghancurkan kertas-kertas ulangan / dokuman yang tak terpakai lainnya dengan mesin penghancur kertas. Selain itu penghematan kertas diusahakan terlaksana di semua lini, misal: dengan memanfaatkan Web SMAK 1 BPK informasi untuk guru menjadi paperless.

6. Apakah peran sekolah terhadap lingkungan di sekolah?

dalam 2 tahun ini, sekolah sudah melaksanakan program penanaman pohon di rumah-rumah penduduk yang berada di sekitar sekolah. kegiatan ini merupakan tanggung jawab tim PLH SMAK 1. Saya berharap program ini dapat terus berlanjut.

Terumbu Karang Bisa Jadi Penyerap Karbon

Penyerapan karbon (carbon sink) dalam proses asimilasi melalui media terumbu karang dimungkinkan terjadi, khususnya di kawasan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan.
Peneliti Bidang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kurnaen Sumadiharga di Jakarta, Rabu, mengatakan, isu penyerapan karbon melalui media terumbu karang ini harus dijadikan topik bahasan utama dalam Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) di Manado, 11-14 Mei 2009.
Ia menjelaskan, proses fotosintesa mungkin dilakukan oleh tumbuhan yang memiliki zat hijau daun atau klorofil. Menurut dia, terumbu karang terdiri dari unsur binatang karang bernama Polip yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan alga, yakni ganggang hijau.
"Tumbuhan inilah yang sesungguhnya melakukan proses fotosintesa, sekalipun di dalam air," katanya. Proses fotosintesa, kata dia, memerlukan karbon dioksida (CO2) serta sinar matahari, yang selanjutnya menghasilkan oksigen (O2), air serta gula. Adapun CO2 yang menjadi bahan utama proses fotosintesa, kata dia, juga tersedia di laut.
Ia mengatakan, pada malam hari, saat terumbu karang tidak melakukan asimilasi, tumbuhan ini justru menghasilkan CO2. "Karbon yang dihasilkan saat malam hari inilah yang menjadi bahan utama terjadinya proses fotosintesa," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, keberadaan terumbu karang ini harus dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Negara Lingkungan Hidup Wahyu Indraningsih menuturkan, keberadaan terumbu karang di Indonesia harus benar-benar dijaga. Menurut dia, selain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, perubahan iklim global beberapa waktu terakhir ini juga menjadi salah satu penyebab rusaknya terumbu karang.
Ia mengatakan, perubahan iklim berakibat terhadap naiknya suhu air laut. "Suhu air laut yang naik 2-3 derajat Celcius dalam dua minggu berturut-turut menyebabkan kerusakan terumbu karang," katanya. Kondisi semacam ini, lanjut dia, juga sudah mulai terindikasi di wilayah Indonesia.

---dikutip dari Kompas.com Kamis 7 Mei 2009



Tuesday, May 05, 2009

Profile Team!!

Inilah profile-profile team kami...





Name : Andi
Age : 16
Role : Writer










Name: Ben
Age: 16

Role: Writer








Name : David
Age : 16

Role : Comic writer









Name: Steven
Age: 15
Role: Bl
og Designer & Searching for Materials








Name: Sir Teguh
Role: Advisor









Saturday, May 02, 2009

Global Warming Video







Climate Change Satellite Launch

Kami dapat video ini dari nationalgeographic.com tentang satelit yang diluncurkan khusus untuk mendata climate change. berikut url dari video tersebut.
http://video.nationalgeographic.com/video/player/news/environment-news/us-climatesatellite-vin.html

We got this video from nationalgeographic.com. It’s about the satelite that launched just for checking the climate change. The URL is above.