Sunday, May 24, 2009

Hati-hati Suhu Bumi Bakal Naik 5,2 Derajat Celsius


Jumat, 22 Mei 2009
WASHINGTON, — Dampak pemanasan global abad ini bisa jadi dua kali lebih parah dari perkiraan enam tahun lalu, demikian laporan beberapa ahli pekan ini."Temperatur rata-rata permukaan naik 9,3 derajat fahrenheit (5,2 derajat celsius) sampai 2100," kata beberapa ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT), dibandingkan dengan studi pada 2003 yang memproyeksikan temperatur rata-rata naik 4,3 derajat F (2,4 derajat C). Studi baru yang disiarkan di Journal of Climate American Meteorogical Society’s menyatakan, perbedaan dalam proyeksi itu ditimbulkan contoh ekonomi yang meningkat dan data ekonomi yang lebih baru dibandingkan dengan skenario sebelumnya. "Peringatan sebelumnya mengenai perubahan iklim juga mungkin telah diselimuti dampak pendinginan global berbagai gunung berapi abad XX dan oleh buangan jelaga, yang dapat menambah pemanasan," kata para ilmuwan tersebut dalam satu pernyataan. Agar mencapai keputusan, tim MIT menggunakan simulasi komputer yang memperhitungkan kegiatan ekonomi dunia serta proses iklim."Semua proyek tersebut menunjukkan bahwa tanpa tindakan cepat dan besar-besaran, peringatan dramatis itu akan terjadi pada abad ini," kata pernyataan tersebut. Hasil itu akan terlihat jauh lebih parah apabila tidak ada tindakan nyata, yang dilakukan guna memerangi perubahan iklim, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya. Namun, akan terjadi sedikit perubahan apabila kebijakan ketat diberlakukan saat ini juga untuk mengurangi buangan gas rumah kaca. "Ada risiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang kami perkiraan sebelumnya. Dan hal ini menunjukkan bahwa kita harus segera melakukan tindakan darurat secepatnya," ujar Ronald Prinn, salah satu penulis bersama tersebut. Studi ini disiarkan saat Presiden AS Barack Obama mengumumkan rencana menetapkan standar buangan nasional bagi mobil dan truk, guna mengurangi polusi pemanasan global. Serta pembuatan rancangan yang menetapkan sistem perdagangan gas untuk memangkas gas rumah kaca, yang dibahas di Komite Perdagangan dan Energi Senat.


dikutip dari KOMPAS.com

Saturday, May 09, 2009

The Planetary Air Leak

Mei 2009; majalah ‘Scientific American Magazine’; oleh David C. Catling dan Kevin J. Zahnle

Salah satu fitur yang paling luar biasa dari tata surya adalah berbagai atmosfer planet. Bumi dan Venus memiliki ukuran dan massa yang sebanding, namun permukaan Venus terbakar pada 460 derajat Celsius di bawah laut dari karbon dioksida yang seukuran dengan berat satu kilometer air. Callisto Titan dan planet-ukuran bulan dari Jupiter dan Saturnus, ukuran masing-masing hampir sama, namun Titan memiliki banyak nitrogen yang kental daripada bumi, sedangkan pada dasarnya callisto adalah hampa udara. Apa yang menyebabkan seperti itu ekstrem? Jika kita tahu, akan membantu menjelaskan mengapa kerumunan Bumi dengan kehidupan sementara planet tetangga seakan menjadi mati. Mengetahui bagaimana atmospheres berkembang juga penting untuk menentukan planets yang luar tata surya kita mungkin dihuni.
Sebuah planet dapat memperoleh gas jubah dengan berbagai cara:
· Dapat melepaskan Vapors dari interior
· Ia dapat menangkap volatile dari bahan Comets dan asteroids ketika mereka mogok
· Berat dapat di tarik gas dari antar ruang.
Tetapi peneliti planet mulai menyadari bahwa keluar dari gas memainkan peran yang besar sebagai persediaan. Meskipun suasana Bumi tampaknya tetap seperti batu, namun secara bertahap kebocoran kembali ke dalam ruang. Hilangnya nilai saat ini kecil, hanya sekitar tiga kilogram dari hidrogen dan 50 gram helium (dua lightest gas) per detik, tetapi juga dapat menghasilkan suatu yang signifikan atas geologic kalinya, dan mungkin sekali tingkat lebih tinggi. Seperti Benjamin Franklin menulis, sebuah kebocoran kecil bisa menenggelamkan kapal yang besar. Atmosfer palnet dari bumi dan planet luar, satelit yang kita lihat sekarang adalah seperti reruntuhan istana abad remnants dari kekayaan yang telah terganggu sejarah dari jarahan dan busuk. Atmosfer yang lebih kecil dari tubuh dan lebih sederhana terlihat seperti minyak mentah forts, pertahanan buruk dan sangat rentan.

hal ini menjadi vital bagi dunia karena seperti telah dijelaskan behwa suatu kebocoran yang kecil saja dapat menenggelamkan sebuah kapal yang besar. apa lagi jika kebocoran itu lebih besar dari yang dibayangkan. dapat saja bumi ini menjadi hancur dan tak dapat dihuni kembali.




Friday, May 08, 2009

wawancara dengan kepala sekolah SMAK 1 BPK Penabur Bangdung


Jumat 1 Mei 2009
12:30 - 12:50Italic


Picture: sedang wawancara dengan Ibu Boni



1. Menurut Ibu, bagaimana keadaan lingkungan sekolah kita sekarang dengan adanya isu tentang Global Warming?
Di lingkungan SMAK 1 ini tidak ada lagi tempat kosong untuk menanam tanaman.


2. Jadi apa yang sebaiknya dilakukan ?
ada beberapa cara :
  • hemat dalam pemakaian kertas dan plastik
  • hemat dalam pemakaian listrik (kurangi pemakaian lampu, dan mematikan AC jika tidak sedang digunakan)
  • Penanaman pohon tetap dapat dilakukan, hanya dalam pot-pot kecil saja

3. Apa yang akan sekolah lakukan untuk mencegah global warming?

sekolah telah merencanakan program penanaman 1000 pohon oleh 1000 orang yaitu seluruh siswa dan guru. selain itu, dengan adanya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), yang memupuk rasa kasih sayang terhadap makhluk hidup. Salh satu program PLH adalah menyangkut masalah kebersihan. Untuk itu mulai tahun depan juga akan diberlakukan kepada siswa/i suatu peraturan yaitu : tidak boleh membawa makanan keluar dari area food court. sehingga kebersihan sekolah akan lebih terjaga dengan baik. Ada juga program pemisahan sampah organik dan anorganik, namun tidak berjalan baik karena kurangnya rasa kesadaran dari pihak siswa sendiri. Mudah-mudahan thun mendatang tim PLH dapat lebih menggalangkan dan memonitor pelaksanaannya.

4. Saya dengar, ada program penanaman 1000 pohon, bagaimana dengan program tersebut, apakah berjalan baik?

program ini sudah berjalan namun ketercapaianya belum maksimal. Hal ini disebabkan pembangunan fisik sekolah yang masih dalam peroses sehingga program ini diharapkan akan berjalan secara meksimal di tahun 2009/2010 melalui program lomba antar kelas yang dikoordinir tim PLH.

5. Bagaimana solusi sekolah dengan masalah kertas-kertas ulangan / dokumen lainnya?

Saat ini sekolah menghancurkan kertas-kertas ulangan / dokuman yang tak terpakai lainnya dengan mesin penghancur kertas. Selain itu penghematan kertas diusahakan terlaksana di semua lini, misal: dengan memanfaatkan Web SMAK 1 BPK informasi untuk guru menjadi paperless.

6. Apakah peran sekolah terhadap lingkungan di sekolah?

dalam 2 tahun ini, sekolah sudah melaksanakan program penanaman pohon di rumah-rumah penduduk yang berada di sekitar sekolah. kegiatan ini merupakan tanggung jawab tim PLH SMAK 1. Saya berharap program ini dapat terus berlanjut.

Terumbu Karang Bisa Jadi Penyerap Karbon

Penyerapan karbon (carbon sink) dalam proses asimilasi melalui media terumbu karang dimungkinkan terjadi, khususnya di kawasan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan.
Peneliti Bidang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kurnaen Sumadiharga di Jakarta, Rabu, mengatakan, isu penyerapan karbon melalui media terumbu karang ini harus dijadikan topik bahasan utama dalam Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) di Manado, 11-14 Mei 2009.
Ia menjelaskan, proses fotosintesa mungkin dilakukan oleh tumbuhan yang memiliki zat hijau daun atau klorofil. Menurut dia, terumbu karang terdiri dari unsur binatang karang bernama Polip yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan alga, yakni ganggang hijau.
"Tumbuhan inilah yang sesungguhnya melakukan proses fotosintesa, sekalipun di dalam air," katanya. Proses fotosintesa, kata dia, memerlukan karbon dioksida (CO2) serta sinar matahari, yang selanjutnya menghasilkan oksigen (O2), air serta gula. Adapun CO2 yang menjadi bahan utama proses fotosintesa, kata dia, juga tersedia di laut.
Ia mengatakan, pada malam hari, saat terumbu karang tidak melakukan asimilasi, tumbuhan ini justru menghasilkan CO2. "Karbon yang dihasilkan saat malam hari inilah yang menjadi bahan utama terjadinya proses fotosintesa," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, keberadaan terumbu karang ini harus dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Negara Lingkungan Hidup Wahyu Indraningsih menuturkan, keberadaan terumbu karang di Indonesia harus benar-benar dijaga. Menurut dia, selain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, perubahan iklim global beberapa waktu terakhir ini juga menjadi salah satu penyebab rusaknya terumbu karang.
Ia mengatakan, perubahan iklim berakibat terhadap naiknya suhu air laut. "Suhu air laut yang naik 2-3 derajat Celcius dalam dua minggu berturut-turut menyebabkan kerusakan terumbu karang," katanya. Kondisi semacam ini, lanjut dia, juga sudah mulai terindikasi di wilayah Indonesia.

---dikutip dari Kompas.com Kamis 7 Mei 2009



Tuesday, May 05, 2009

Profile Team!!

Inilah profile-profile team kami...





Name : Andi
Age : 16
Role : Writer










Name: Ben
Age: 16

Role: Writer








Name : David
Age : 16

Role : Comic writer









Name: Steven
Age: 15
Role: Bl
og Designer & Searching for Materials








Name: Sir Teguh
Role: Advisor









Saturday, May 02, 2009

Global Warming Video







Climate Change Satellite Launch

Kami dapat video ini dari nationalgeographic.com tentang satelit yang diluncurkan khusus untuk mendata climate change. berikut url dari video tersebut.
http://video.nationalgeographic.com/video/player/news/environment-news/us-climatesatellite-vin.html

We got this video from nationalgeographic.com. It’s about the satelite that launched just for checking the climate change. The URL is above.

Friday, May 01, 2009

Our Group's Comic (membaca dari kanan ke kiri)















Page 11














Page 10





















Page 9



















Page 8























Page 7



























Page 6

























Page 5
































Page 4






















Page 3






















Page 2













Page 1

Fakta-fakta lain tentang penyumbang CO2 yang besar!!

SAY NO TO SCREEN SAVER!!

Kalau terpaksa meninggalkan komputer dalam keadaan menyala, jangan aktifkan screen saver! Bukannya hemat energi, screen saver malah lebih banyak memakan energi dan menimbulkan emisi karbon dioksida. Mematikan komputer saat tidak digunakan bisa mengurangi emisi hingga 83%, menjadi 63 kg per tahun.

Lebih baik menggunakan laptop dari pada desktop karena laptop memakan listrik lima kali lebih sedikit dari pada desktop. TV, DVD player, HiFi, atau home theater juga sebaiknya dimatikan kalau tidak dipakai.

WHAT’S UP YOUR DRIVE..?!!

Perhatikan tekanan ban mobil, karena tekanan ban yang kurang memerlukan bahan bakar lebih banyak. Ketika tekanan ban berkurang, diameter efektif roda akan mengecil karena tertekan berat kendaraan. Oleh karena itu jarak tempuh perputaran roda memendek, sebanding dengan pengurangan diameter roda. Akibatnya roda perlu berputar lebih banyak untuk menempuh jarak yang sama. Dengan begitu diperlukan bahan bakar lebih banyak.

TAKE OFF YOUR TIE AND SUIT!!
Di Jepang tahun 2005, himbauan untuk melepas dasi saat musim panas berhasil mengurangi emisi karbon dioksida hingga 71.700 ton! Jadi, lepaskan dasi dan jas kita, apalagi kita berada di iklim tropis. Percaya deh, walau tidak berjas dan berdasi kita masih terlihat oke dan
profesional.

JUST OPEN UP THE WINDOW AND LET THE SUNSHINE IN!!


Kurangi emisi karbon dioksida dengan membatasi pemakaian AC (Air Conditioner). Buka jendela lebar-lebar! Atau pakai AC hemat listrik. Bersihkan dengan teratur coil kulkas. Pasang temperatur kulkas pada suhu 2 - 3 derajat Celcius, dan freezer pada -18 hingga -15 derajat Celcius. Sediakan ruang yang cukup antara kulkas dan dinding untuk sirkulasi udara. Panas yang terjebak bisa meningkatkan konsumsi energi. Maksimalkan kapasitas kulkas dan mesin cuci. Kalau cuaca cerah, jangan gunakan pengering.

USE COMPOST!!
Ketika memupuk lahan pertanian, sebagian pupuk yang mengandung nitrogen berubah jadi dinitroksida yang menimbulkan gas rumah kaca 320 kali lebih besar dari pada karbon dioksida. Beralihlah ke kompos yang bisa dibuat sendiri dari sampah rumah tangga. Selain nitrogennya sedikit, kita juga bisa mengurangi timbunan sampah. Timbunan sampah menghasilkan metana yang efek gas rumah kacanya 20 kali lebih besar dari pada karbon dioksida.

Kurangi penggunaan pestisida kimiawi. Walau hama jadi mati, zat ini membuat mikroorganisme juga mati. Berkat mikroorganisme, karbon tetap berada dalam tanah. Jika tak ada mereka, karbon terlepas ke udara sebagai karbon dioksida dan tanah menjadi tidak subur sehingga kita akan memakai pestisida lagi dan lagi.

PLANT BAMBOO!!

Menanam pohon besar memang membantu penyerapan karbon dioksida. Tapi lebih baik kita menanam bambu. Ternyata bambu mampu menyerap karbon dioksida empat kali lebih banyak dari tanaman biasa karena lebih cepat tumbuh. Tapi hanya penanaman bambu secara luas yang dapat menyerap karbon dioksida secara signifikan. Jadi, ayo tanam bambu rame-rame..!!

AND REMEMBER...!!

Status emisi karbon global pada 2007 adalah 8 milyar ton per tahun. Tanpa ada upaya untuk menguranginya, pada tahun 2057 akan mencapai 16 milyar ton per tahun. Berarti menaikan suhu bumi 5 derajat celcius.



English Version!!

SAY NO TO SCREEN SAVER!!
If you are forced to leave the computer in a hurry, do not activated the screen saver! Not only save the energy, but also reduce the emission of carbon dioxide. Turn off computers when not in use can reduce emissions up to 83%, a 63 kg per year.

Better use the laptop than a computer because the laptop use electricity five times less than the computer. TV, DVD player, HiFi or home theater should also be turned off if it is not being used.

TAKE OFF YOUR TIE AND SUIT!!
In Japan, 2005, during summer people take off the ties, successfully reduce the emissions of carbon dioxide up to 71,700 tons! So, remove our tie and suit, moreover we are in the tropical country. And believe, even we not using tie and suit, we still look cool and professional.

JUST OPEN UP THE WINDOW AND LET THE SUNSHINE IN!!
Reduce the carbon dioxide emissions by limiting the use of AC (Air Conditioner). Open the window widely! Clean the refrigerator’s coil regularly. Set the refrigerator’s temperature from 2 until 3 degrees Celsius, and the freezer at -18 to -15 degrees Celsius.Provide enough space between the refrigerator and the wall for air circulation. The trapped heat can increase energy consumption. Maximize the capacity of refrigerator and washing machine. If the weather is sunny, do not use dryer.

Use Compost!!
When foster agricultural land, some of the fertilizer contain nitrogen that changed into N2O, a gas that cause greenhouse effect 320 times greater than the carbon dioxide. Use the compost that we made by ourselves from household wastes. Not only contains a little nitrogen, we can also reduce the waste heap. Midden metana produce a green house effect that 20 times greater than the carbon dioxide.

Reduce the uses of chemical pesticides. Despite pest so dead, it’s also cause the dead of the microorganism. Thanks to the microorganisms, the carbon stays in the soil. If they’re dead, the carbon goses to the atmosphere as carbon dioxide and does not become the ground doesn’t fertile so that we will use more and more pesticides.


PLANT BAMBOO!!
Planting trees help to the absorption of carbon dioxide. But we better planting bamboo. In fact bamboo is able to absorb carbon dioxide four times more than the trees because the it’s growing faster than other trees. But only the widespread planting of bamboo that can absorb carbon dioxide significantly. So, let's do the planting bamboo..!

AND REMEMBER
The status of global carbon emissions in 2007 is 8 billion tons per year. Without any attempt to reduce it, in the year 2057 will reach 16 billion tons per year. It means, the temperature of the earth will increase 5 degrees Celcius per year.

Kita sudah membahas bahwa sendawa sapi juga turut mempercepat global warming. Dan masih banyak sektor-sektor peternakan yang juga menyumbang karbon dioksida.

Penasaran?


Berikut garis besarnya menurut FAO:

1. Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak

a. Penggunaan bahan bakar fosil dalam pembuatan pupuk menyumbang 41 juta ton CO2 setiap tahunnya

b. Penggunaan bahan bakar fosil di peternakan menyumbang 90 juta ton CO2 per tahunnya (misal diesel atau LPG)

c. Alih fungsi lahan yang digunakan untuk peternakan menyumbang 2,4 milyar ton CO2 per tahunnya, termasuk di sini lahan yang diubah untuk merumput ternak, lahan yang diubah untuk menanam kacang kedelai sebagai makanan ternak, atau pembukaan hutan untuk lahan peternakan

d. Karbon yang terlepas dari pengolahan tanah pertanian untuk pakan ternak (misal jagung, gandum, atau kacang kedelai) dapat mencapai 28 juta CO2 per tahunnya. Perlu Anda ketahui, setidaknya 80% panen kacang kedelai dan 50% panen jagung di dunia digunakan sebagai makanan ternak.7

e. Karbon yang terlepas dari padang rumput karena terkikis menjadi gurun menyumbang 100 juta ton CO2 per tahunnya

2. Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan

a. Metana yang dilepaskan dalam proses pencernaan hewan dapat mencapai 86 juta ton per tahunnya.

b. Metana yang terlepas dari pupuk kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton per tahunnya.

3. Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen

a. Emisi CO2 dari pengolahan daging dapat mencapai puluhan juta ton per tahun.

b. Emisi CO2 dari pengangkutan produk hewan ternak dapat mencapai lebih dari 0,8 juta ton per tahun.


Dari uraian di atas, Anda bisa melihat besaran sumbangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari tiap komponen sektor peternakan. Di Australia, emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan lebih besar dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Dalam kurun waktu 20 tahun, sektor peternakan Australia menyumbang 3 juta ton metana setiap tahun (setara dengan 216 juta ton CO2), sedangkan sektor pembangkit listrik tenaga batu bara menyumbang 180 juta ton CO2 per tahunnya.

Tahun lalu, penyelidik dari Departemen Sains Geofisika (Department of Geophysical Sciences) Universitas Chicago, Gidon Eshel dan Pamela Martin, juga menyingkap hubungan antara produksi makanan dan masalah lingkungan. Mereka mengukur jumlah gas rumah kaca yang disebabkan oleh daging merah, ikan, unggas, susu, dan telur, serta membandingkan jumlah tersebut dengan seorang yang berdiet vegan.

Mereka menemukan bahwa jika diet standar Amerika beralih ke diet tumbuh-tumbuhan, maka akan dapat mencegah satu setengah ton emisi gas rumah kaca ektra per orang per tahun. Kontrasnya, beralih dari sebuah sedan standar seperti Toyota Camry ke sebuah Toyota Prius hibrida menghemat kurang lebih satu ton emisi CO2.

*sumber wikipedia berbahasa Indonesia.

Thursday, April 30, 2009

Lima Langkah Darurat untuk Menyelamatkan Bumi dari Perubahan Iklim


Kita mengetahui bahwa untuk menghentikan pemanasan global tidak mungkin dilakukan oleh seorang diri tetapi harus dilakukan melalui kerja sama semua orang. Tetapi walau bagaimanapun, mulailah dari diri kita sendiri, jadilah pahlawan lingkungan dan penyelamat bumi di saat yang kritis ini. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk menghentikan perubahan iklim.



1. Selamatkan Kehidupan dan Planet dengan Menghentikan Konsumsi Daging



Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah membuka mata dunia, industri peternakan merupakan penyebab utama pemanasan global. Industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 18 persen, jumlah ini melebihi gabungan emisi dari seluruh transportasi di dunia seperti motor, mobil, truk, pesawat, kapal, kereta api, helikopter yang menyumbang 13 persen gas rumah kaca atau pembangkit listrik di seluruh dunia yang menyumbangkan 11 persen gas rumah kaca.

PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 saja, padahal industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan air bersih. Peternakan melepaskan 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam 20 tahun pertama dan 23 kali lebih kuat dari CO2 dalam 100 tahun). Secara keseluruhan, sekitar 86 juta ton metana dihasilkan dari sistem pencernaan sapi dan kambing, dan 18 juta ton lagi berasal dari kotoran ternak yang menyumbang 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 298 kali lebih kuat dari CO2), serta 64 persen amonia penyebab hujan asam.
Peternakan juga menjadi penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 80 persen bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap tahunnya, industri peternakan menghasilkan emisi 2,4 miliar ton CO2. Di luar itu, peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak.


Sebuah laporan dari Earth Institute menegaskan bahwa diet berbasis tanaman hanya membutuhkan 25% energi yang dibutuhkan oleh diet yang berbasis daging. Penelitian yang dilakukan Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago juga memberikan kesimpulan yang sama: mengganti pola makan daging dengan pola makan vegetarian 50% lebih efektif untuk mencegah pemanasan global daripada mengganti sebuah mobil SUV dengan mobil hibrida. Seorang vegetarian dengan standar diet orang Amerika akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap tahunnya! Seorang vegetarian yang mengendarai SUV Hummer masih lebih bersahabat dengan lingkungan daripada seorang pemakan daging yang mengendarai sepeda!



2. Hemat Energi dan Hemat Sumber Daya Alam



Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan bakar fosil (yang mana akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien. Hal ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk pembangkit listriknya.

Matikan alat elektronik dari sumbernya atau tekan steker sampai lampunya mati, jangan biarkan alat elektronik dalam keadaan standby. Jangan biarkan kran, tempat penampungan air, tabung toilet mengalami kebocoran, sehingga air menetes keluar terus selama 24 jam, selain memboroskan sumber air yang berharga juga memboroskan uang Anda. Pergunakan peralatan listrik yang hemat energi, seperti lampu, rice cooker, TV, AC, dan peralatan listrik lainnya.

Matikan lampu apabila pencahayaan dari luar masih terang, atau saat kita sedang tidak berada di dalam ruangan, maksimalkan pencahayaan dari matahari, buka tirai jendela, pergunakan cat berwarna cerah di dalam rumah. Jangan membuka pintu lemari es terlalu lama karena setiap kali pintu lemari es dibuka maka diperlukan tarikan listrik yang tinggi untuk mendinginkan kembali suhunya, potong makanan dalam ukuran yang lebih kecil, karena ukuran makanan yang kecil akan cepat matang dan menggunakan energi lebih sedikit. Gunakan kertas secara bolak-balik untuk mengurangi pembabatan hutan. Dan yang terpenting, hindari kantong plastik, bawa tas sendiri.



3. Menanam Pohon dapat Memberi Manfaat bagi Bumi Kita



Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh generasi mendatang. Jika tidak, maka karbon yang sudah tersimpan dalam tanaman akan kembali terlepas ke udara sebagai CO2.

Dua tahun setelah menanam pohon muda yang berkayu keras, ilmuawan Universitas Lousiana Tech, menemukan bahwa pada setiap 4050 m2 dari hutan yang ditanami dapat menyerap cukup banyak karbon dari mobil yang berjalan selama satu tahun.
Sebuah studi oleh Dinas Kehutanan AS memperlihatkan bahwa dengan menanam 95.000 pohon pada dua wilayah bagian di ibukota Chicago telah memberikan udara yang lebih bersih dan akan menghemat $38 juta selama lebih dari 30 tahun sesuai untuk penurunan panas dan biaya pendingin.

Hutan mempunyai peranan yang sangat penting. Jika kita mempunyai hutan, maka itu berarti kita mempunyai senjata ekstra untuk memerangi p
erubahan iklim.



4. Kurangi Emisi Transportasi dan Beralih ke Energi Alternatif


Usahakan menggunakan transportasi massa daripada memiliki mobil sendiri yang selain boros biaya BBM, juga menghindari kemacetan di jalan, biaya parkir, asuransi, dan biaya pemeliharaan mobil. Berangkat atau pulang kerja secara berbarengan dengan rekan-rekan sekantor dalam satu mobil yang searah, sehingga bisa berbagi biaya perjalanan dengan mereka.

Apabila jarak rumah ke kantor atau tempat kerja dekat dan bisa ditempuh dengan naik sepeda, lebih baik menggunakan sepeda yang selain menghemat biaya perjalanan juga baik untuk menjaga kebugaran tubuh.
“Saya berusaha untuk menggunakan sepeda untuk pergi ke tempat kerja sesering yang saya bisa untuk menghemat energi.” - Margot Wallstrom, Wakil Presiden dari Komisi Uni Eropa.

Apabila memakai mobil sendiri, pergunakan mobil yang hemat bahan bakar atau bahkan beli mobil hibrida jika Anda mampu.




5. Daur Ulang dapat Membawa Perubahan


Kalifornia memperkirakan bahwa daur ulang pada setiap negara bagian akan menghemat penyaluran energi untuk 1,4 juta rumah, dan mengurangi 27.047 ton polusi pada air, menyelamatkan 14 juta pohon, dan mengurangi efek emisi gas rumah kaca yang setara dengan 3,8 juta mobil.
Universitas Teknik di Denmark menemukan bahwa aluminium yang didaur ulang menggunakan 95% lebih sedikit energi dibanding alumunium yang tidak didaur ulang, 70% lebih hemat energi untuk plastik, dan 40% lebih untuk kertas.
Dan yang terpenting:
Berubahlah!


Satu hal yang sangat penting di samping lima hal yang dapat kita lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi kita sendiri untuk berubah.
Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal itu terlalu berat bagi kita. Lakukanlah secara bertahap tapi konsisten dengan komitmen kita.


Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. Contoh dan praktik yang kita berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Bersuaralah dan beritahu kepada pemerintah, media, keluarga, kerabat, tetangga, sahabat, ,rekan kerja, dan masyarakat sekitar untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman pemanasan global dan perubahan iklim. Berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.teman sekolah, rekan kerja, dan masyarakat sekitar untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman pemanasan global dan perubahan iklim. Berilah mereka dorongan untuk mencob pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.



Sendawa Sapi Menyumbang Laju Pemanasan Global yang Semakin Cepat

Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh sendawa sapi naik lebih cepat daripada emisi-dari-manusia, demikian ungkap penelitian terbaru.
Berbagai macam studi telah menganalisa pengaruh karbon dioksida yang diproduksi oleh manusia terhadap perubahan iklim.
Tetapi penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa sapi juga penghasil gas metana sama buruknya dengan manusia. Metana adalah satu gas rumah kaca yang bertahan di atmosfer lebih lama dan karena itu memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi.
Dr. Andy Thorpe, ahli ekonomi dari Universitas Portsmouth, menemukan sekawanan 200 ekor sapi dapat menghasilkan emisi gas metana tahunan rata-rata setara emisi dari mengendarai mobil keluarga sejauh lebih dari 100.000 mil (180.000 km) dengan menggunakan empat galon (21.400 liter) bahan bakar minyak.
Ia menambahkan sementara emisi karbon dioksida telah naik 31% selama 250 tahun terakhir, metana sendiri telah meningkat 149% pada periode yang sama.
Metana di atmosfer diyakini bertanggung jawab atas seperlima pemanasan global yang dialami sejak tahun 1750.
Penghasil utama ini adalah hewan ternak yang mengeluarkan metana dalam jumlah besar saat mereka mencerna makanan mereka, lalu bersendawa.
Dr Thorpe mengatakan tiga perempat emisi metana hewan berasal dari negara berkembang karena meningkatnya kemakmuran di negara-negara itu dan “adanya permintaan hamburger” yang mendorong negara-negara berkembang untuk terus menghasilkan daging.
Ia menambahkan, “Dengan kondisi seperti itu, emisi metana di negara-negara berkembang kemungkinan akan meningkat.”
Penelitian itu, yang dirilis di jurnal Perubahan Iklim, kemungkinan akan menghidupkan kembali debat mengenai apakah memakan lebih sedikit daging dapat membantu mengatasi perubahan iklim – seperti yang direkomendasikan baru-baru ini oleh PBB.
Penelitian ini juga menjadi bahan masukan bagi rencana pemerintah Inggris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 80% pada tahun 2050, termasuk di sini sektor peternakan.

Ice Release from Beting

The ice that size almost as big as the City of New York separated from the South Pole to be icebergs this month. This happened after the fall of a bridge because the ice is estimated that global warming, according to a scientist on Tuesday (28 / 4).

"Ice field north of the Wilkins Ice shelf stable and does not become a cloud of ice float was first released," said Angelika Humbert, glacier expert at the University of Muenster in Germany explain matter images from the shelf satellite European Space Agency.

Humbert told Reuters on the ice covering approximately 700 square kilometers, larger than Singapore or Bahrain and almost as big as New York City-have had been separated from this month and Wilkins broken into pieces.

He says, ice covering 370 square kilometers was broken in the last days of the Wilkins Ice shelf, the last of about 10 in the shelf shrink the Antarctic Peninsula in a trend that is connected by the UN Climate Panel on global warming.

Clumps of ices that add a new 330 sq km offshore the ice this month with the failure of a bridge holding ice shelf between Wilkins Charcot Island and Antarctic Peninsula. Nine other shelf-ice that floats on the sea and the beach-related around the Antarctic Peninsula has been shrink or fall apart in the last 50 years, such as the Larsen A shelf in 1995 or Larsen B in 2002. This trend is considered caused by climate change due to fossil fuel gases that trap heat, said David Vaughan, British Antarctic Surveys scientists.

Wednesday, April 29, 2009

Jembatan es di Antartika patah

Sebuah jembatan es di Antartika yang menahan lapisan es sebesar wilayah Jamaika patah, dan ini memperbesar kekhawatiran soal dampak pemanasan global.Ada indikasi baru bahwa lempengan hamparan es itu mungkin akan segera terlepas dari Antarktika. Gambar-gambar satelit terbaru dari Badan Angkasa Eropa (ESA) menunjukkan bahwa salah satu jembatan es yang menghubungkan lempeng Wilksin dengan dua pulau yang berdampingan telah runtuh.Para ilmuwan mengatakan, pemanasan global menyebab ambruknya jembatan es tersebut. Lempeng itu telah mengalami penyusutan sejak tahun 1990-an, tapi ini kali pertama kehilangan salah satu penghubung yang menahannya tetap di tempat.Survei Kutub Selatan Inggris (British Antarctic Survey) menyatakan, enam lapisan es di bagian yang sama benua itu telah hilang. Sebuah foto satelit ESA menunjukkan gunung-gunung es baru tercipta yang mengapung di laut di belahan barat semenanjung Antarktika yang menonjol dari benua itu ke arah ujung selatan Amerika Selatan."Sangat mencengangkan bagaiman es itu pecah," kata David Vaughan, glasiologis pada British Antarctic Survey, seperti dikutip kantor berita Reuters. "Dua hari lalu, dia masih utuh. Kami menunggu lama untuk melihat ini," tambah Vaughan.Profesor Vaughan berdiri di atas jembatan es itu bulan Januari untuk menempatkan pelacak GPS untuk memantau pergerakan. Meski patahan itu tidak memengaruhi permukaan laut, ini memperbesar kekhawatiran soal dampak perubahan iklim di bagian Antarktika tersebut.Menurut ilmuwan, Semenanjung Antarktika telah mengalami pemanasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam masa 50 tahun terakhir. Beberapa lapisan es menyusut dalam 30 tahun terakhir, enam dari jumlah itu ambruk total

Penguin Decline in Antarctica Linked With Climate Change

By John Roach for National Geographic News


Emperor penguins like it cold. Now, scientists have determined that the penguins' susceptibility to climate change accounts for a dramatic decline in their number over the past half century.


Over the past 50 years, the population of Antarctic emperor penguins has declined by 50 percent. Using the longest series of data available, reseachers have shown that an abnormally long warm spell in the Southern Ocean during the late 1970s contributed to a decline in the population of emperor penguins at Terre Adelie, Antarctica.

The warm spell of the late 1970s is related to the Antarctic circumpolar wave—huge masses of warm and cold water that circle Antarctica about once every eight years. In response to this cycle, Terre Adelie experiences a warming period every four or five years that generally lasts about a year.

In the late 1970s, however, the warming continued for several years. Whether it was the result of natural climate variability in the Antarctic circumpolar wave cycle or an anomaly related to global warming is not possible to determine because air and sea surface temperature data from many years ago are not available. Weimerskirch thinks the unusually warm spell was probably the result of global warming.

Shrinking Levels of Ice

Warmer air and sea surface temperatures in the Antarctic reduce the amount of ice in the sea. This, in turn, leads to smaller populations of krill, a shrimp-like crustacean that is a staple of the emperor penguin's diet. With less food to eat, emperor penguins die.

Reporting in the May 10 issue of Nature, Weimerskirch and his colleague Christophe Barbraud say this is the scenario that led to the sharp decline in the penguin population at Terre Adelie.

"The population decreased because of the low rates of survival over four to five successive years," said Weimerskirch.

In the early 1980s the winter air and sea surface temperatures dropped, and the emperor penguin population stabilized.

Although higher levels of sea ice increase the food supply, such conditions have a negative effect on reproduction because emperor penguins hatch fewer eggs when sea ice is more extensive.

After laying eggs, a female travels across the ice and out to sea to feed on krill, fish and squid that she regurgitates to feed her young. The male keeps the eggs warm until she returns. But when the sea ice is extensive, the female may be gone for months. The male eventually gives in to his hunger and abandons the egg or chick.

Caution Against Generalizations

Thus, as the scientists note in their paper in Nature, extensive sea ice poses a trade-off for emperor penguins. In population terms, its nutritional advantage, which favors higher survival and further reproduction, "outmatches its physical disadvantage of reducing fecundity," they write.

Despite the findings that show a negative effect of global warming on emperor penguin populations, Weimerskirch cautions against making generalizations about the impacts of climate change on wildlife. For example, a reduction in the amount of sea ice is favorable to Adelie penguins, he said. On the other hand, elephant seals and some albatross species were also negatively affected by the prolonged warming period in the 1970s.

Climate scientists believe that Earth's polar regions are harbingers of the effects of global warming and play a major role in regulating global climate. The Antarctic circumpolar wave, for example, is tied to episodes of drought and deluges of rain in Australia.

The science, however, is still evolving. "We are progressively understanding how environmental variability affects populations," said Weimerskirch.

Monday, April 27, 2009

What is 'Climate Change' ?

Mungkin sampai sekarang masih ada yang belum peka dengan masalah terbesar yang sedang kita alami di dunia ini. Suhu udara yang setiap saat semakin memanas, naiknya ketinggian permukaan air laut. Semua ini biasa kita kenal dengan pemanasan global atau global warming. Nah apa bedanya dengan Climate Change? yang pasti Global warming ini merupakan salah satu efek dari perubahan iklim yang drastis ini atau Climate Change.

Climate change inilah yang menjadi penyebab atau sebagai pangkal permasalahan yang sedang dialami oleh seluruh dunia. Bukan hanya suhu saja namun juga keadaan iklim di seluruh dunia menjadi kacau. namun bagaimanapun juga perubaha iklim ini dapat ditanggulangi dengan penanggulangan pemanasan global. Yang menjadi inti pemanasan global ini adalah bocornya lubang ozon dan efek rumah kaca yang biasa kita kenal dengan 'green house effect'. Mengapa efek rumah kaca dapat mengakibatkan global warming? Gas karbon dioksida yang terlepas dari sisa hasil pembakaran baik kendaraan bermotor, sampah, bahkan respirasi makhluk hidup dapat memantulkan panas yang seharusnya dilepaskan kembali ke atmosfer manjadi tertahan seakan akan dikurung di permukaan bumi. Jadilah peningkatan suhu yang terjadi setiap harinya. salah satu cara untuk mengurangi kadar CO2 ini adalh menanam pohon atau tumbuhan besar. Karena pohon dapat menyerap kerena membutuhkan CO2 ini untuk proses fotosintesa. dengan adanya pohon kadar CO2 dapat berkurang. Karena seakan-akan mustahil jika kita memaksakan untuk mengurangi pemakaian kendaraan. Dimana kita alami bahwa kendaraan di zaman yang serba cepat ini menjadi suatu kebutuhan sekunder bukanlah tersier.

Jadi inilah mengapa kami mengambil tema My Way My World
Karena menurut kami, dunia ini terbentuk karena ulah-ulah manusia yang menghuninya. Semua orang pasti sudah tahu bahwa
global warming sekarang ini, disebabkan oleh manusia. Ya...kita-kita sendiri. Dan masih saja banyak orang yang belum "mau" sadar akan keadaan dunia ini. Mungkin mereka sudah tahu, tetapi tetap saja tidak mau berubah.

Dampak yang sangat besar bagi dunia ini jika hal ini tidak kita tanggulangi. Tidak cukup hanya pemerintah saja yang bergerak. Tidak mungkin hanya segelintir orang dapat mengubah nasib dunia ini. Hanya dengan kesadarn dari setiap orang dunia dapat berubah. Apakah mungkin kita akan mewarisi masalah yang kita buat pada anak cucu kita. Kita bebankan semuanya pada mereka? Tentulah tidak. Jadi mulailah dari hal kecil. gerakan menanam pohon, hal ini dapat memperingan segala yang sudah kita mulai.